Rabu, 27 Mei 2009

artikel tentang motivasi

Antara Jarum Jam Dan Jarum Kompas

Dalam bukunya yang berjudul “First Things First”, Stephen R. Covey mengemukakan
konsep yang sangat menarik. Buku ini saya baca pada tahun 1995, dan hingga saat ini
masih terus saya temukan relevansinya.
Covey mengemukakan adanya dua jenis jarum penunjuk yang sangat mempengaruhi
hidup kita. Yang satu adalah jarum jam, yang mengarahkan jadwal dan aktifitas kita,
sehari-hari. Jadwal dan aktifitas yang mengisi agenda dan reminder di handphone kita.
Contohnya: meeting yang harus dihadiri, deadline penyerahan tugas yang harus
ditepati, janji pertemuan dengan seseorang, acara bersama keluarga, dan sebagainya.
JARUM JAM mewakili cara kita mengatur dan mengisi waktu kita dalam perjalanan hidup ini. Jarum satunya lagi adalah jarum kompas, yang memberi
petunjuk arah tujuan kita. Untuk mencapai tempat yang hendak
kita tuju, bisa saja jalannya tidak mulus. Kadang kala, karena di
hadapan kita terdapat tembok tinggi, kita butuh bantuan anak
tangga, atau bahkan harus mengambil jalan melingkar. Apapun
itu, selama masih memegang kompas di tangan, kita tidak akan
tersesat, meskipun harus mengambil jalan melingkar. Bila kita
lepaskan kompas dari tangan kita, atau bila jarum kompas sudah
tidak lagi menunjukkan arah yang benar, maka kemungkinan
besar kita akan tersesat.
JARUM KOMPAS mewakili visi, nilai-nilai, prinsip hidup, keyakinan, hati nurani, dan
tujuan yang hendak kita raih. Ia mencerminkan apa yang kita anggap PENTING dalam
hidup kita, yang akan mengarahkan keputusan-keputusan yang kita ambil dalam
perjalanan hidup kita.
Bila perputaran jarum jam berjalan mendekati arah yang ditunjukkan jarum kompas,
berarti kita menjalani hidup yang searah dengan nilai dan keyakinan kita. Hidup akan
terasa indah. Kita akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan batin.
Masalah muncul bila terjadi kesenjangan pada kedua jarum tersebut. Ketika kita merasa
apa yang kita lakukan tidak mendekatkan kita pada apa yang kita anggap penting dalam
hidup ini. Ketika ada kesenjangan antara apa yang seharusnya kita lakukan, apa yang
ingin kita lakukan, dan apa yang secara nyata kita lakukan.
Ada baiknya bila kesadaran itu muncul dari awalnya. Namun yang seringkali terjadi,
kesadaran itu muncul belakangan, ketika semuanya sudah terjadi. Ketika semua
pencapaian sudah kita raih, kita tetap tidak menemukan kepuasan. Yang kita temukan
adalah kehampaan dan rasa sepi.
Ibarat orang yang berusaha keras memanjat satu demi satu “anak tangga keberhasilan”
(pendidikan, jabatan, kedudukan, penghargaan, dan kesuksesan keuangan), namun
setelah mencapai anak tangga teratas, kita baru menyadari bahwa tangga itu bersandar
pada ... dinding yang salah.
Seringkali dalam proses menaiki “anak tangga keberhasilan”, kita
terlalu fokus pada salah satu aspek. Biasanya aspek
karir/pekerjaan/keuangan. Memang tidak ada yang salah dengan
ini. Tapi karir/pekerjaan/keuangan bukanlah satu-satunya aspek
dalam hidup kita. Ada aspek keluarga, sosial (teman/lingkungan),
religius, dan sebagainya. Fokus pada satu aspek dengan
menelantarkan aspek yang lain akan membuat hidup kita tidak
seimbang. Akibatnya, tidak jarang kita mendengar seorang
sahabat curhat dengan mengatakan, “Kan saya seperti ini juga
demi keluarga. Seharusnya mereka mengerti!.”
Hidup yang tidak seimbang justru akan mengerdilkan arti kemajuan yang berhasil
kita raih di salah satu aspek, sebesar apapun itu. Di puncak keberhasilan itu, kita
ternyata menemukan kehampaan dan rasa sepi. Saat itu baru kita sadari bahwa “anak
tangga keberhasilan” yang telah kita naiki dengan susah payah, ternyata bersandar pada dinding yang salah.Arti keberhasilan di salah satu aspek baru menjadi lengkap dengan kehadiran aspek
kehidupan lainnya. Arti keberhasilan karir misalnya, justru kita rasakan ketika ada
keluarga dan sahabat yang memberi selamat (secara tulus) dan ikut merasakan
kebahagiaan yang kita rasakan. Dan perayaan itu diawali dengan ucapan syukur dan
terima kasih dari dasar hati kita kepada Tuhan yang telah memungkinkan segalanya
terjadi.
Hukum kehidupan itu sebetulnya sederhana. Hidup kita berarti karena adanya Tuhan
dan kehadiran orang lain, berupa keluarga, sahabat, rekan kerja, karyawan,
perusahaan, dan lingkungan tempat tinggal kita. Hidup kita berarti karena kita memberi
arti dan nilai lebih bagi orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita.
Hendaknya kita mengisi perputaran jarum jam kita sehari-hari, tanpa melupakan arah
yang telah ditunjuk oleh jarum kompas


Mutiara Renungan:

Tujuan Hidup

“Jalan menuju tujuan kita tidak selamanya lurus. Kadang kita mengambil jalan yang
salah, tersesat, atau harus memutar. Mungkin masalahnya bukan jalan apa kita ambil.
Yang penting adalah kita sudah memulai.” - Barbara Hall
“Sebuah rencana yang baik adalah seperti sebuah peta. Ia menunjukkan tempat tujuan
kita, dan biasanya jalan terbaik menuju ke sana.” - H. Stanley Judd
“Apa yang Anda perlukan adalah sebuah rencana, sebuah peta, dan keberanian untuk
mengarah pada tujuan Anda.” - Earl Nightingale
“Dengan melewati semua hambatan dan rintangan, seseorang pasti akan tiba pada
tujuan yang diinginkannya.” - Christopher Columbus
“Fokus pada perjalanannya, bukan pada tujuannya. Kebahagiaan yang sebenarnya
bukan pada saat menyelesaikannya, melainkan pada saat melakukannya.” - Greg
Anderson
“Ikuti apa yang sungguh-sungguh Anda sukai, dan biarkan ia menuntun Anda menuju
tujuan Anda.” - Diane Sawyer
“Ia yang tidak tahu bagaimana melihat ke belakang, ke tempat asalnya, tidak akan
mencapai tempat tujuannya.” - Jose Rizal
“Saya tidak bisa mengubah arah angin, tapi saya bisa menyesuaikan layar agar saya
tetap mencapai tempat tujuan saya.” - Jimmy Dean
“Tujuan seseorang bukanlah sebuah tempat. Sesungguhnya, ia adalah sebuah cara
pandang yang baru terhadap segala sesuatu.” - Henry Miller
“Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Saat Anda melakukannya adalah jauh
lebih penting dibanding saat Anda berhasil mencapainya.” - Arthur Ashe
“Tanpa sasaran dan rencana untuk mencapainya, Anda adalah seperti sebuah perahu
yang berlayar tanpa tujuan.” - Fitzhugh Dodson
“Jalan yang mengarah pada tujuan Anda tidaklah terpisah dari tujuan Anda. Ia adalah
bagian dari tujuan itu sendiri.” - Charles de Lint
“Hidup yang baik adalah sebuah proses, bukan sebuah keadaan. Ia adalah sebuah arah,
bukan tujuan.” - Carl Rogers
“Anda ditakdirkan menjadi orang yang Anda putuskan.” – Ralph Waldo Emerson
“Anda dapat menentukan apa yang Anda inginkan. Anda dapat memutuskan sasaran utama, target dan tujuan Anda.” – W. Clement Stone
“Jalan kehidupan penuh dengan tikungan dan belokan, dan tidak ada dua arah yang
sama. Tapi pelajaran hidup ini datang dari proses perjalanannya, bukan dari tujuannya.”
– Don William Jr

Cerita & Puisi Inspiratif:

Pencapaian Hidup

Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang raja. Suatu hari, Sang Raja memberitahu
perawat kudanya, bahwa ia diperbolehkan menunggang kudanya dan menjelajahi
daerah yang dikehendakinya seluas mungkin. Sang Raja akan menghadiahi perawat
kuda itu semua daerah yang berhasil dijelajahinya.
Tentu saja, sang perawat kuda segera melompat ke kudanya dan memacu kudanya
berlari secepat mungkin, menjelajahi sebanyak mungkin daerah yang bisa dilewatinya.
Ia terus berjalan, dan tanpa henti mencambuk kudanya agar berlari secepat mungkin.
Rasa lapar dan lelah tidak dihiraukannya. Ia ingin bisa menjelajahi sebanyak mungkin
daerah.
Tibalah hari dimana ia sudah berhasil menjelajahi daerah yang cukup banyak. Namun
pada saat itu, ia sudah kehabisan tenaga dan sekarat. Bertanyalah ia pada dirinya
sendiri, "Mengapa saya memaksa diri menjelajahi daerah sebanyak ini? Kini saya
sekarat, dan yang saya butuhkan hanya sedikit tempat untuk menguburkan tubuh yang sekarat ini?

Pengarang: Tidak Diketahui ; Sumber: Tidak Diketahui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar