Jumat, 17 April 2009

Gaya Kerudung Demokratis

Gaya Kerudung Demokratis
Posted in OnlyGirl, Pernik by Leila Amra

Nggak sedikit muslimah yang ogah menutup aurat. Nggak sedikit juga yang malah ‘menjualnya’. Inikah produk demokrasi?

Buat para akhwat yang idup di jaman Pentium IV ini, menutup bodi dengan jilbab dan kerudung memang dilema. Mereka kudu milih antara kewajiban menutup aurat dengan gaya. Satu sisi perintah agama, di sisi lain kayaknya kok nggak gaul ya?

Kewajiban udah jelas, seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali muka ama telapak tangan, pekik para ulama. So, rambut, telinga, leher, bodi plus awak, wajib diumpetin di balik khimar dan jilbab.

Sementara itu, pergaulan nuntut sebaliknya. Kudu trendi, ngegaya, dan ini…harus memamerkan ‘aset-aset’ pribadi. Yang kulitnya mulus, sayang kalo diumpetin. Yang rambutnya indah terurai, kenapa juga kudu dibungkus kain kerudung, emangnya lemper.

Belum lagi macam-macam pandangan en tuntutan orang laen buat cewek berkerudung plus berjilbab kayaknya gimana gitu. Kudu pinter baca Al Qur’an, kudu jauh dari acara ngegosip, kudu jaga jarak ama kendaraan di depan eh ama cowok dalam pergaulan, en segudang kudu-kudu laennya. Tuntutan kayak begitu terang aja bikin banyak cewek jiper alias ngeri untuk berkerudung dan berjilbab.

Nggak Wajib?

Whuaaa…yang bener aja? Yup, itu setidaknya dilontarkan oleh sejumlah ‘cendekiawan’ muslim kontemporer. Jaman Orde Baru masih berkuasa, ada seorang pejabat yang bersemangat menentang kewajiban berjilbab dengan bilang, “Anak dan istri saya saja tidak berjilbab.” Hmm, berani-beraninya.

Kalau sekarang jama’ah Jaringan Islam Liberal (JIL) paling getol menghujat kewajiban jilbab ini. Kata mereka, para ulama yang menafsirkan jilbab itu udah terpengaruh diskriminasi gender. Mereka mendiskriditkan kaum wanita. Pendapat mereka ini tentunya bersandarkan pada pendapat para orientalis, pemikir yang satu geng, dan juga kajian Islam secara sosiohistoris. Mereka juga keberatan seandainya jilbab itu dipaksakan atas setiap muslimah. Pokoknya, berjilbab itu harus karena kesadaran sendiri.

Ada beberapa alasan yang menurut mereka jilbab dan kerudung itu nggak wajib:

Pertama, mereka bilang kalau jilbab itu budaya Arab, bukan budaya Islam. Lagian, ajaran Islam itu kudu dicocokin ama kondisi budaya setempat. Istilahnya Islam lokal. Prinsip mereka, “Tidak diingkari perubahan hukum (syara’) dengan perubahan zaman dan tempat”.

Ya, mirip-mirip burger racikan McDonald. Semua harus burger ala Amrik kan? Perlu ada rasa lokal. Maka dibikinlah McRendang, McSatay, McBangkok, malah ada juga burger tempe. Jadi ada juga “jilbab” ala Indonesia. Yang gimana tuh? Yang penting SOPAN, tidak menggoda pria, kata mereka. Seorang pemikir Islam malah menyebut jilbab itu lebih pada suruhan untuk sopan dan bersahaja (modesty) yang bisa dilakukan siapa saja.

Kedua, masih kata mereka, jilbab itu diwajibkan di jaman wanita belum dihargai. Buktinya, menurut mereka, surat Al Ahzab ayat 59 berbunyi, “Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” Nah, karena kata mereka sekarang ini kaum wanita sudah banyak dihargai maka berjilbab bukan kewajiban lagi.

Teman-teman, pendapat-pendapat di atas jelas punya banyak kelemahan dan ketidakberesan. Emang bener kalau budaya Arab itu nggak selamanya identik dengan budaya Islam. Contohnya, naik unta itu nggak fardlu juga nggak sunnah, walaupun seumur hidup Rasulullah naik unta. And so on pakai terompah ala Ali Baba atau Aladdin juga nggak wajib. Buat kita, yang jadi bagian hukum syara’ itu adalah apa yang diatur sama Allah di dalam dalil-dalil syara (Al Qur’an, As sunnah, Ijma shahabat dan qiyas). So, kalau dalam keempat sumber hukum Islam itu ada keterangannya, en jelas hukumnya, ya itu adalah bagian dari ajaran Islam. Bukan budaya bangsa mana-mana. Contohnya, bacaan shalat en azan itu emang harus pake bahasa Arab nggak bisa diganti ama bahasa lain, baik bahasa daerah masing-masing, apalagi coba-coba pake bahasa tubuh.

Walaupun jilbab dan kerudung itu sudah dipakai sebagian kaum wanita di Arab di jaman pra-Islam, tapi kita mengakuinya sebagai hukum syara’ karena begitulah yang dikatakan Islam. Bukan cuma buat wanita Arab. Islam juga yang ngasih batasan-batasan en ketentuan berjilbab yang khas bagi para muslimah. Simak aja firman Allah, “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, dan anak-anakmu dan istri-istri orang beriman …”(Al Ahzab: 59). Jadi, perintah berjilbab dan berkerudung itu adalah atas setiap muslimah, baik dia orang Arab ataupun bukan orang Arab.

Pernyataan bahwa jilbab itu wajib karena di zaman itu perempuan nggak dihargai, korslet. Kagak nyambung. Karena pada zaman kekhilafahan Islam, saat kaum wanita terlindungi dan merasa aman, tetap saja mereka wajib mengenakannya. Lagian, kalau pernyataannya seperti itu, gimana dengan zaman sekarang, dimana perempuan jauh lebih nggak dihargai ketimbang di zaman jahiliyah? Liat aja kekerasan pada wanita sekarang jauh lebih meningkat ketimbang jaman Rasulullah saw. dulu.

Terus, kalau dibilang pakaian cewek yang penting sopan (modesty), nah sopan versi mana dulu nih. Kalau menurut penganut ‘madzhab’ Britney Spears atau Agnes Monica, ?celana melorot ke pinggang yang mereka pake itu pasti terkategori sopan. Ber-koteka, menurut suku asli Irian Jaya pastinya juga udah terbilang sopan. Nah, mau ikut sopan versi mana nih?

Dalam kehidupan manusia, seringkali diperlukan paksaan untuk berbuat baik. Ini nggak bisa ditolak. Bukankah manusia suka berbuat begitu pada sesamanya? Liat aja aturan 3 in 1 di Jakarta, itu kan paksaan juga? Atau bayar pajak juga paksaan, kan? Gelinya, para pengkritik jilbab ini nggak pernah kedengaran tuh mengkritik paksa-memaksa sesama manusia. Tapi Allah mereka kritik kalau maksa-maksa manusia. Jangan-jangan nanti bakal ada tanggapan, kalau mau berhenti nyopet ya harus karena kesadaran sendiri jangan karena dipaksa. ANCURRR!

Intinya sih, kita mau bilang, kalau ukuran baik dan buruk, terpuji dan tercela, diserahkan pada akal en hawa nafsu manusia, hasilnya seperti kata Opa Iwan Fals, ANCURRRR! Nah, daripada belaga pinter padahal ber-IQ jongkok, mendingan kita nurut aja deh pada yang dikatakan Allah.

Racun Demokrasi

Usaha-usaha untuk ngancurin citra jilbab emang dahsyat bener. Udahlah secara pemikiran diancurin seperti cara-cara di atas, eh praktiknya juga diacak-acak. Seperti yang bisa kamu baca di Studia 1, nggak sedikit muslimah yang niatnya ingin menutup aurat, tapi sayang belum sempurna.

So, mata para cowok belum juga bebas dari pemandangan yang tidak boleh dipandang, gara-gara nggak sedikit muslimah yang belum total nutup aurat mereka. Keliatannya, mereka juga ingin berbusana muslimah tapi juga nggak mau keilangan kesempatan untuk Te Pe (Tebar Pesona). Jadilah mereka berkerudung tapi tetap full press body.

Ini semua, berawal dari diterimanya paham demokrasi dalam kehidupan kaum muslimin. Yup, seperti yang kamu tahu dalam demokrasi emang berdagang kebebasan. Manusia-manusia demokratis bebas berbuat apa saja, asalkan nggak mengganggu kebebasan orang lain.

Dalam demokrasi pula nggak ada prinsip benar dan salah yang absolut atawa mutlak. Semua serba relatif, nisbi. Ukurannya diserahkan pada keinginan pribadi dan suara mayoritas.

Nah, ada empat kebebasan yang diusung demokrasi: kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, kebebasan kepemilikan dan kebebasan bertingkah laku. Gara-gara prinsip kebebasan berpendapat, muncullah pendapat jilbab itu nggak wajib karena itu budaya Arab.

Nah, dengan prinsip kebebasan bertingkah laku, kaum muslimah yang sudah terinfeksi paham demokrasi, ngerasa sah-sah saja tidak menutup aurat. Ini kan badan gue! Mo pake

Kata mereka. And so on, mau pake kerudung model apapun juga boleh.

Nah, aspirasi kebebasan para muslimah ini ditangkap oleh para pengusaha yang kapitalis. En mereka manfaatkan nafsu liar para muslimah itu untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Bak gayung bersambut, para muslimah yang kagak kuat iman, dan tergiur kepengen ngetop dengan cepat, ngantri di pintu para pengusaha kapitalis itu. Yang kulitnya mulus beruntung bisa jadi foto model produk kosmetik atau sabun kecantikan. Yang kulitnya mirip-mirip amplas juga bisa jadi foto model…salep kulit ama sabun cuci.

Meski begitu eksploitasi atau penjajahan terhadap wanita dengan cara seperti ini nggak pernah tuh digugat. Kalaupun pernah, tapi nggak seheboh para pemikir muslim kontemporer atau para feminisme menggugat jilbab dan poligami. Karena memang prinsip mereka adalah liberalisme, kebebasan. Selama ‘pelaku’ dan ‘korban’nya merasa enjoy, ya itu sah-sah aja. Bukan eksploitasi tapi menjalankan profesi.

Solusi Total

Maka penyebab muslimah belum sadar berbusana komplit, adalah demokrasi dan sekulerisme penyebabnya. Di alam ini, para muslimah diracuni lewat berbagai jalan agar melepaskan jilbab dan kerudungnya. Lewat sinetron Montir-montir Cantik, misalkan, para muslimah diajarkan supaya berani memamerkan bodi mereka di depan kaum cowok. Bahwa kecantikan dan keseksian tubuh adalah aset yang bisa dijual selain kemampuan jadi montir. He…he…he…film ini nggak pernah tuh bikin gerah kaum pembela wanita.

Sementara pemikiran mereka diancurin dengan ideologi sesat sekulerisme-liberalisme. Selain muncul pemahaman kalau berjilbab itu nggak wajib, juga dikesankan jilbab-kerudung itu menghambat aktivitas, en terkesan norak dan kampungan.

Agar para muslimah selamat, nggak ada jalan lain kecuali menghancurkan sekulerisme. Cuma, untuk itu para muslimah kudu menumbuhkan sendiri keyakinan akan kebenaran Islam. Bahwa apa yang dibawa oleh Islam itu benar tanpa ada keraguan. So, ngaji adalah satu-satunya jalan. Dengan serius dan penuh keikhlasan ngaji, insya Allah pikiran kita jadi bersih.

Dakwah adalah langkah selanjutnya setelah mengaji. Kampanye penegakan syari’ah juga harus dibarengi dengan kampanye busana muslimah. Perlu diserukan kepada para muslimah bahwa: JILBAB ADALAH KEWAJIBAN BUKAN PILIHAN.[januar]

Boks/

Tips Memilih Pakaian yang Nyaman dan Aman

Pakaian yang nyaman, maksudnya pakaian yang nggak bikin gerah, adem, nggak ngganggu buat beraktivitas, dan tentunya menambah pede. Aman, maksudnya nggak merusak kesehatan tubuh, misal kulit atawa rambut. Aman di sini juga berarti terhindar dari melanggar aturan syara’. Bisa juga berarti ‘aman’ dari tangan-tangan jahil. Nah, untuk mendapatkan baju yang nyaman dan aman, ada beberapa hal yang kudu kamu perhatiin:

1. Bahan. Untuk pakaian rumah (tsiyab) kudu yang bersifat menyerap keringat. Bahan kaus, batik atau katun adalah pilihan tepat. Yup, kayak bahan buat baju tidur atawa daster gitu lho! Itu pas banget kalo buat baju dalem karena adem dan tentunya membuat nyaman. Sedangkan buat jilbab alias baju luar, bahan bisa lebih fariatif, tapi tetep kudu membuat nyaman. Yang terpenting untuk jilbab ini jangan memilih bahan yang terlalu tipis/transparan, sebab tentu saja tidak sesuai dengan aturan Islam. Jilbab harus dari bahan yang tidak menampakkan kulit atau pakaian dalam. Sebaliknya jangan pilih yang bahannya terlalu tebal, seperti bahan celana/jeans/jaket. Bahan yang terlalu tebal, selain kurang bagus penampilannya (kaku), juga bikin gerah. Bahan kerudung juga sama, pilih yang adem agar kamu tidak kepanasan dan rambut tetap terjaga kesehatannya. Jangan yang penting trendy tanpa mengindahkan fungsinya sebagai penutup kepala.
2. Model. Untuk pakaian rumah, model memang boleh macem-macem asalkan tidak memperlihatkan aurat. Namun sebaiknya hindari model yang terlalu ribet karena kurang bagus bila sudah dipadukan dengan jilbab. Misal model yang banyak renda-rendanya atau ploinya. Mendingan yang simple aja biar nggak terlalu kelihatan seperti ada ganjalan saat di atasnya dilapisi jilbab. Meski buat baju rumah sah-sah aja rada-radar ketat, tapi sebaiknya hindari karena seperti udah diulas di atas, baju ketat enggak bagus buat kesehatan kulit. Sedangkan untuk jilbab, pada prinsipnya yang penting longgar dan mengulur dari atas sampai ke dasar. Buat kamu yang badannya kurus, tambahan ploi akan membantu mempercantik penampilanmu. Sedang buat yang agak tambun, modelnya simple aja, jangan banyak ploi dan pernak-pernik semisal tali atau pita. Untuk model kerudung, pilihlah yang mampu menutup rambut sampai ke dada secara sempurna. Jangan asal ngejar trend aja, Non!
3. Corak. Pilih corak yang tidak terlalu ramai. Buat yang kurus dan tinggi, pilih corak? yang cenderung besar-besar, baik corak bunga-bunga maupun kotak-kotak. Hindari corak garis-garis vertical karena akan membuat kesan kamu seperti tiang listrik aja. Buat yang rada ndut, pilih corak sedang-sedang saja, jangan terlalu kecil-kecil atau besar-besar. Corak abstrak juga cocok. Hindari corak garis-garis horizontal karena akan membuat kamu tampak makin lebar ke samping. Untuk kerudung, hindari corak terlalu ramai, apalagi yang tidak senada dengan jilbab kamu. Ntar malah tabrakan, nggak lucu.
4. Warna. Sekali-kali jangan memilih warna yang menyolok yang bisa menarik perhatian. Misal warna hijau seperti rompinya pak polisi atau merah seperti warna bendera Indonesia. Pokoknya hindari warna-warna muda yang seperti permen gitu. Sebaiknya pilih warna pastel, warna sejuk (biru/hijau tua) atau warna-warna lembut lainnya yang nggak menyolok.
5. Harga. Belilah busana Muslimah sesuai anggaran. Tak perlu memakai pakaian yang serba mahal, apalagi bila hanya untuk riya’. Bahan yang bagus, corak yang oke dan model yang caem memang biasanya kamu dapat dari bahan-bahan yang bukan murahan. Tapi kalo kamu pinter belanja, dengan bahan yang nggak mahal kamu pun bisa tampil cantik. Oke?(asri)

Trik Redakan Emosi Pria

KAUM hawa selalu merasa tidak memahami emosi pasangannya yang meledak-ledak. Karenanya wanita sering menganggap pria sulit untuk dimengerti.

Pria cenderung tidak mampu menahan emosi saat tengah dibuat kesal oleh pasangan atau teman-temannya. Terutama saat musim panas tiba, teriknya matahari sering menyulut emosi kaum adam dan membuatnya lepas kendali.

Meski begitu, bukan berarti Anda tak dapat meredakan emosinya, loh! Nah, bila ingin mengetahui ciri-ciri pasangan saat emosi dan bagaimana cara mengatasinya, AskMen membaginya untuk Anda.

Redakan rasa cemburu si dia

Anda tentu sangat membenci pasangan yang terlalu mudah cemburu. Padahal bisa jadi rasa cemburu yang ditunjukkan pasangan lantaran ia sangat mencintai Anda dan tak ingin kehilangan Anda.

Agar pasangan dapat meredakan rasa cemburunya saat Anda terlalu dekat dengan teman pria yang sekantor, Anda harus lebih terbuka dan berterus terang tentang apa yang sedang dan akan Anda lakukan. Beri penjelasan dengan sabar bahwa apa yang Anda lakukan atas dasar profesional kerja semata, tanpa maksud dan tujuan lain.

Jangan pernah menutupi hal sekecil apapun darinya, karena hal tersebut dapat membuat ia curiga pada Anda dan makin mudah memancing emosinya.

Bila dia terlanjur cemburu dan emosi, ada baiknya Anda segera menjaga jarak untuk sementara waktu sambil terus memberikan perhatian melalui pesan-pesan singkat. Lalu saat si dia sudah terlihat lebih tenang, ajak bicara untuk menjelaskan duduk persoalannya.

Bijak sikapi amarah si dia

Banyak hal yang dapat membuat amarah pasangan meletup. Mulai dari kebijakan perusahaan yang membuatnya tidak nyaman, perlakuan teman sekantor yang kurang menyenangkan, atau bahkan ada hal yang dia tidak sukai dari Anda.

Saat mendapati si dia dalam kondisi seperti itu tentu tak dapat dibiarkan begitu saja, karena dapat membuat hubungan jadi tidak harmonis.

Untuk itu, Anda dapat menyediakan makanan yang disukainya atau memberikan jamuan khusus tanpa Anda mengungkit atau menanyakan tentang masalahan yang tengah dihadapinya. Lalu, pasang DVD film terbaru yang belum pernah dia tonton sebelumnya dan nontonlah bersamanya.

Biarkan suasana kembali normal terlebih dahulu, setelah itu Anda dapat memulai mengajaknya berbicara dari hati ke hati dan berikan solusi serta perhatian khusus padanya.

Hapuskan rasa sedihnya

Sama halnya dengan wanita, kaum adam pun dapat bersedih. Karena itu ada masa di mana pasangan dapat merasa sedih dan menangis. Jadi saat si dia menangis bukan berarti Anda dapat segera menyimpulkan bahwa pasangan seorang pria yang melankolis.

Saat pasangan Anda tengah dirundung kesedihan, berikan dia dukungan dan perhatian. Karena saat pria tengah bersedih, ia membutuhkan dukungan dibandingkan wanita. Dan Anda adalah sosok yang tepat untuk memberikan dukungan. Dijamin saat ia berhasil melewati masa sulitnya itu akan lebih mencintai Anda. (nsa)(tty)

3 Alasan saat Ketahuan Berbohong

TERNYATA pepatah yang mengungkapkan sepandai-pandainya tupai melompat pasti terjatuh juga, memang benar adanya. Sebab hal tersebut dapat menimpa Anda. Sepandai-pandainya Anda menutupi kebohongan, pada akhirnya pasti akan ketahuan juga.

Agar pertengkaran besar tidak terjadi, sebaiknya Anda menyiapkan beberapa alasan yang akan disampaikan kepadanya. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan seperti dibeberkan dari AskMen:

Beri penjelasan di waktu yang pas

Pandai-pandailah meramal suasana hati pasangan. Jika Anda melihat tanda-tanda dia mengetahui kebohongan yang telah dilakukan, segera berikan penjelasan padanya.

Katakan padanya bahwa Anda sangat menyesal dengan tindakan yang telah dilakukan. Dijamin akan meredakan amarah si dia.

Ungkapkan rasa penyesalan Anda

Katakan pada si dia bahwa Anda melakukannya karena tidak ingin melukai perasaannya. Dan katakan pula bahwa setelah kejadian tersebut hingga hari ini Anda masih sangat menyesali terhadap kejadian yang telah Anda lakukan.

Lalu akhiri rasa sesal Anda dengan mengatakan, "Saya akan menebus kesalahan saya dengan apapun, asal jangan pernah tinggalkan saya. Karena kamu adalah wanita terbaik yang pernah ada dalam hidup saya."

Berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama

Saat kebohongan Anda terungkap, katakan pada si dia bahwa Anda sangat menyesalinya dan berjanji tak akan mengulanginya kembali.

Jelaskan pula bahwa Anda tidak ingin dia marah dan mengungkit-ungkit terus kesalahan yang telah Anda lakukan. Karena bisa jadi Anda akan melakukannya kembali.(nsa)

Kamis, 02 April 2009

THE EXCUSE.

THE EXCUSE.

WRITTEN BY SIR WALTER RALEIGH IN HIS
YOUNGER YEARS.1

CALLING to mind, my eyes went long
about
To cause my heart to forsake my
breast,
All in a rage I sought to pull them out,
As who had been such traitors to my rest :
What could they say to win again my grace?—
Forsooth, that they had seen my mistress' face.

Another time, my heart I called to mind,—
Thinking that he this woe on me had brought,
Because that he to love his force resigned,
When of such wars my fancy never thought :
What could he say when I would him have slain?—
That he was hers, and had forgone my chain.

At last, when I perceived both eyes and heart
Excuse themselves, as guiltless of my ill,
I found myself the cause of all my smart,
And told myself that I myself would kill :
Yet when I saw myself to you was true,
I loved myself, because myself loved you.


1 Oldys' "Life of Raleigh," p. lv., "from the copy of a
celebrated lady, Lady Isabella Thynne, who probably had
it out of the family." Quoted by Puttenham in 1589, as
" a most excellent ditty, written by Sir Walter Raleigh."
In MS. Ashm. 781, p.138, it has the signature "Sr. Wa :
Raleigh ;" and in "Wit's Interpreter," 1671, p. 205, it is
described as "by Sir Walter Raleigh." In the "Phoenix
Nest," 1593, p.72, in MS. Harl. 6910, fol. 142 verso, and
in MS. Rawl. 85, fol. 104, verso, it is anonymous.

On the Life of Man

On the Life of Man
Sir Walter Ralegh


What is our life? a play of passion,
Our mirth the musicke of division,
Our mothers wombes the tyring houses be,
When we are drest for this short Comedy,
Heaven the Judicious sharpe spector is, 5
That sits and markes still who doth act amisse,
Our graves that hide us from the searching Sun,
Are like drawne curtaynes when the play is done,
Thus march we playing to our latest rest,
Onely we dye in earnest, that's no Jest. 10

A Description of Love

FROM R. S.'s Phoenix Nest, 1593

A Description of Love

Now what is love? I pray thee, tell.
It is that fountain and that well
Where pleasure and repentance dwell.
It is perhaps the sauncing bell
That tolls all into heaven or hell:
And this is love, as I hear tell.

Yet what is love? I pray thee say.
It is a work on holy-day;
It is December matched with May;
When lusty bloods, in fresh array,
Hear ten months after of the play:
And this is love, as I hear say.

Yet what is love? I pray thee sain.
It is a sunshine mixed with rain;
It is a tooth-ache, or like pain;
It is a game where none hath gain;
The lass saith no, and would full fain:
And this is love, as I hear sain.

Yet what is love? I pray thee say.
It is a yea, it is a nay,
A pretty kind of sporting fray;
It is a thing will soon away;
Then take the vantage while you may:
And this is love, as I hear say.

Yet what is love, I pray thee show.
A thing that creeps, it cannot go;
A prize that passeth to and fro;
A thing for one, a thing for mo;
And he that proves must find it so:
And this is love, sweet friend, I trow

by Sir Walter Ralegh

The Ocean to Cynthia

FROM J. HANNAH's Courtly Poets from Raleigh to Montrose, 1870

The Ocean to Cynthia
. . . . . . . .

But stay, my thoughts, make end, give fortune way ;
Harsh is the voice of woe and sorrow's sound ;
Complaints cure not, and tears do but allay
Griefs for a time, which after more abound.

To seek for moisture in the Arabian sand
Is but a loss of labor and of rest ;
The links which time did break of hearty bands

Words cannot knit, or wailings make anew.
Seek not the sun in clouds when it is set. 10
On highest mountains, where those cedars grew,
Against whose banks the troubled ocean beat,

And were the marks to find thy hopëd port,
Into a soil far off themselves remove ;
On Sestos' shore, Leander's late resort,
Hero hath left no lamp to guide her love.

Thou lookest for light in vain, and storms arise;
She sleeps thy death that erst thy danger sighed;
Strive then no more, bow down thy weary eyes,
Eyes which to all these woes thy heart have guided.

She is gone, she is lost, she is found, she is ever fair; 20
Sorrow draws weakly where love draws not too;
Woe's cries sound nothing, but only in love's ear.
Do then by dying what life cannot do.

Unfold thy flocks and leave them to the fields,
To feed on hills or dales, where likes them best,
Of what the summer or the springtime yields,
For love and time hath given thee leave to rest.

Thy heart which was their fold, now in decay
By often storms and winter's many blasts,
All torn and rent becomes misfortune's prey; 30
False hope, my shepherd's staff, now age hath brast.

My pipe, which love's own hand gave my desire
To sing her praises and my woe upon,
Despair hath often threatened to the fire,
As vain to keep now all the rest are gone.

Thus home I draw, as death's long night draws on;
Yet every foot, old thoughts turn back mine eyes;
Constraint me guides, as old age draws a stone
Against the hill, which over-weighty lies

For feeble arms or wasted strength to move: 40
My steps are backward, gazing on my loss,
My mind's affection and my soul's sole love,
Not mixed with fancy's chaff or fortune's dross.

To God I leave it, who first gave it me,
And I her gave, and she returned again,
As it was hers; so let His mercies be
Of my last comforts the essential mean.

But be it so or not, the effects are past;
Her love hath end; my woe must ever last.


by Sir Walter Ralegh

the silent lover

The Silent Lover

i
PASSIONS are liken'd best to floods and streams :
The shallow murmur, but the deep are dumb ;
So, when affection yields discourse, it seems
The bottom is but shallow whence they come.
They that are rich in words, in words discover
That they are poor in that which makes a lover.


ii
WRONG not, sweet empress of my heart,
The merit of true passion,
With thinking that he feels no smart,
That sues for no compassion.

Silence in love bewrays more woe
Than words, though ne'er so witty :
A beggar that is dumb, you know,
May challenge double pity.

Then wrong not, dearest to my heart,
My true, though secret passion ;
He smarteth most that hides his smart,
And sues for no compassion.

by Sir Walter Ralegh

REPLY TO MARLOWE.

(Before 1599.)

[The nymph's reply to the shepherd]

IF all the world and love were young,
And truth in every shepherd's tongue,
These pretty pleasures might me move
To live with thee and be thy love.

Time drives the flocks from field to fold,
When rivers rage and rocks grow cold;
And Philomel becometh dumb;
The rest complains of cares to come.

The flowers do fade, and wanton fields
To wayward winter reckoning yields:
A honey tongue, a heart of gall,
Is fancy's spring, but sorrow's fall.

The gowns, thy shoes, thy beds of roses,
Thy cap, thy kirtle, and thy posies
Soon break, soon wither, soon forgotten,—
In folly ripe, in reason rotten.

Thy belt of straw and ivy buds,
Thy coral clasps and amber studs,
All these in me no means can move
To come to thee and be thy love.

But could youth last and love still breed,
Had joys no date nor age no need,
Then these delights my mind might move
To live with thee and be thy love.

THE PASSIONATE SHEPHERD TO HIS LOVE

THE PASSIONATE SHEPHERD TO HIS LOVE
(Before 1593.)

COME live with me, and be my love;
And we will all the pleasures prove
That hills and valleys, dales and fields,
Woods, or steepy mountain yields.

And we will sit upon the rocks,
Seeing the shepherds feed their flocks
By shallow rivers, to whose falls
Melodious birds sing madrigals.

And I will make thee beds of roses
And a thousand fragrant posies;
A cap of flowers, and a kirtle
Embroidered all with leaves of myrtle;

A gown made of the finest wool
Which from our pretty lambs we pull;
Fair-lined slippers for the cold,
With buckles of the purest gold;

A belt of straw and ivy-buds,
With coral clasps and amber-studs:
And if these pleasures may thee move,
Come live with me, and be my love.

The shepherd-swains shall dance and sing
For thy delight each May-morning:
If these delights thy mind may move,
Then live with me and be my love.



note: 1 Dyce's "Marlowe," iii. 299. An imperfect copy was
printed in the "Passionate Pilgrim" in 1599, and it is
quoted in the "Merry Wives of Windsor," iii. 1. It was
printed at length with Marlowe's name in "England's
Helicon," 1600; and also in Walton's "Compleat Angler,"
1653, as "that smooth song which was made by Kit Mar-
low, now at least fifty years ago." Marlowe died sixty
years before,—in 1593.

Send this eCard !